Minggu, 29 September 2013

Jangan Katakan Ini Kepada Penderita Kanker

Ketika berhadapan dengan teman atau keluarga yang menderita kanker, biasanya kita akan melontarkan kata-kata penyemangat. Tapi sadarkah bahwa beberapa niat baik berupa ungkapan atau kata-kata motivasi justru dapat berakibat buruk bagi mereka.

Menurut  psikiater sekaligus direktur layanan psiko-onkologi di Creighton University di Omaha, Amerika Serikat, Jeffrey Knajdl, ada lima ungkapan  yang sering disampaikan oleh perawat atau pendamping dengan maksud memberi semangat. Tapi efek yang terjadi justru sebaliknya, ungkapan tersebut justru bisa memutus komunikasi dan memperburuk suasana hari pasien kanker.

Berikut lima ungkapan yang bisa memperburuk suasana hati penderita kanker :

1. "Semuanya akan baik-baik"

Kita tidak bisa memprediksi apa yang akan terjadi dengan pasien kanker. Menurut Knajdl, ungkapan itu tidak lebih hanya sekedar basa-basi saja dan justru membuat rasa kepercayaan diri mereka menurun. "Ini tidak akan membuatnya merasa lebih baik. Karena mereka tahu kata-kata itu tidak selalu benar," jelasnya

Solusi : Pasien dengan kanker cuma ingin mendengar bahwa kita akan selalu mendampinginya dalam segala kondisi. Katakan padanya bahwa kita akan berada disana dengannya dan akan melalui ini bersama-sama.

2. "Saya tahu bagaimana perasaan Anda"

Kata-kata ini hampir selalu kita ucapkan waktu melihat seseorang sedih ataupun kesal. Masalahnya ialah, ketika kita berkata, saya tahu bagaimana perasaan Anda, hal ini justru bisa meningkatkan rasa isolasi pasien. Pasien akan berfikir bahwa kita tak ingin membahas tentang penyakitnya. Kita bisa mengatakan kata-kata tersebut jika mengalami kondisi yang sama dengan mereka.

Solusi: Menurut Knajdl, sebuah pendekatan akan lebih baik, misal dengan menanyakan hal seperti, "Bagaimana suasana hati Anda?" Jika orang yang kita rawat sedang cemas ataupun sedih, ini bisa memberinya kesempatan untuk mencurahkan segala bentuk perasaannya kepada kita. Cara ini lebih baik daripada pasien terus menyimpan segala keluh kesahnya seorang diri.

3. "Coba tetap bersikap positif, rileks, serta menghindari stress membantu kesembuhan Anda"

Pasien kanker seringkali mendengarkan nasihat seperti itu. Mereka dalam kondisi terpuruk dan kita tidak ingin perasaan terpuruk itu mempersulit proses penyembuhan.

Sangat disayangkan, banyak sekali literatur mengatakan bahwa penderita kanker mengalami sakit karena rasa cemas, stress dan mereka bisa sembuh bila selalu merasa senang dan berpikir positif.

Tetapi kenyataannya yang terjadi adalah mereka justru menjadi lebih khawatir karena selalu berpikir bagaimana cara agar tak cemas. Merekapun merasa bersalah karena dirinya tidak merasa bahagia.

Solusi: Ketika pasien tegang atau cemas, mintalah ia untuk mengidentifikasi apa yang menjadi pemicu munculnya stres dan lakukan sesuatu yang bisa membuatnya beristirahat. Dengan kata lain, jangan hanya berkata "santai," tapi ikut membantunya dengan cara mengatasi permasalahannya.

4. "Kita bisa mengalahkan penyakit ini"

Ungkapan ini seringkali dilontarkan untuk memberi semangat dan kekuatan bagi mereka yang menderita penyakit cukup berat. Tetapi, pandangan berbeda justru dilontarkan oleh Knajdl. Ia menjelaskan bahwa sulit untuk seseorang bisa menang melawan kanker hanya dengan bermodalkan sikap optimistis dan kemauan yang kuat. "Ada berbagai faktor yang mendasari mengapa beberapa orang bisa sembuh dengan cara ini dan yang lainnya tidak. Bagi mereka yang sembuh, itu hanya faktor keberuntungan saja," ucapnya.

Solusi: Cara terbaik untuk membantu mereka (penderita kanker) merasa positif dan penuh harapan adalah dengan terus meyakinkannya bahwa kita akan selalu bersama-sama mereka, tetap merawat dan mendukung dia dan membuatnya senyaman mungkin selama menjalani terapi.

5. "Selamat, Anda sudah selesai menjalani kemoterapi"

Sebagai pendamping pasien, kita akan merasa senang ketika pengobatan selesai. Tapi apa yang kita rasakan belum tentu sama dengan apa yang mereka (pasien) alami. Pada saat pengobatan selesai, tak ada yang dapat mereka lakukan kecuali menunggu, dan tentu saja akan kembali menimbulkan perasaan cemas bagi mereka.

Solusi : Beri ia kesempatan untuk mengungkapkan bagaimana perasaannya. Coba tanyakan pertanyaan terbuka, misalnya, "Bagaimana perasaan Anda sekarang setelah menyelesaikan kemo?" Cara ini memungkinkan kita untuk mengendalikan respon. Intinya adalah, apapun yang ia rasakan tidak terlalu penting. Yang terpenting adalah kita harus siap mendengarkan apapun yang ia katakan.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Grants for single moms